Kemitraan Library

  • Home
  • Information
  • News
  • Help
  • Librarian
  • Member Area
  • Select Language :
    Arabic Bengali Brazilian Portuguese English Espanol German Indonesian Japanese Malay Persian Russian Thai Turkish Urdu

Search by :

ALL Author Subject ISBN/ISSN Advanced Search

Last search:

{{tmpObj[k].text}}
Image of Blue print otonomi daerah Indonesia

Printed Book

Blue print otonomi daerah Indonesia

MUBARAK, M. Zaki [editor] - Personal Name; Yayasan Harkat Bangsa - Organizational Body; Piliang, Indra J. - Personal Name; Susilo, M. Agus - Personal Name; Pribadi, Agung - Personal Name; Yayasan Harkat Bangsa [YHB] - Organizational Body;

Sejak awal, hadirnya UU No. 32/2004 sudah terlihat betapa pihak yang paling diuntungkan adalah elit lokal dan nasional. Semangat UU ini lebih banyak dalam bidang distribusi kekuasaan dan pembagian keputusan ketimbang memberikan otonomi kearah kemandirian daerah. Ini tetap saja intinya menyangkut pemerintahan, serta bukan otonomi dalam artian yang lebih luas. Hany saja, apa yang disebut pemerintahan itu talah mengalami proses pemekaran dan penguasaan sangat maksimal terhadap masyarakat, terutama masyarakat daerah. Bahkan ada yang menyebut bahwa hal ini adalah bentuk dari liberalisasi sistem politik dan pemerintahan. Akan tetapi, ketika pemerintahan masih mendominasi -entah yang namanya Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah- bukan malah dibatasi hak-haknya, justru yang terjadi adalah sebaliknya: konservativisme politik dan pemerintahan. Hal inilah yang mambawa implikasi tumbuhnya raja-raja lokal, pemerintahan bayangan dan ekonomi ilegal.
Lagi-lagi, rakyatlah yang akhirnya menjadi korban ketika kekuasaan makin menyebar dan meluas lewat proses diaspora atas nama demokrasi liberal. Munculnya persoalan-persoalan struktural seperti kelaparan, menunjukan betapa masyarakat harus menyelamatkan diri sendiri agar mampu mempertahankan hak hidupnya.
Karenanya, dalam konteks otonomi daerah, suka atau tidak suka, untuk menghentikan defisit pelaksanaan tugas pemerintahan pusat dan daerah, proses konsolidasi pemerintahan pusat dan daerah haruslah dimulai. Dengan otoritas yang dimiliki, pemeritah pusat seharusnya bisa melakukan supervisi kepada pemerintah daerah, terutama di daerah tertinggal dan daerah-daerah baru hasil pemerkaran wilayah. Sementara sisi yang lain, tetap diperlukan pengaturan sejauh mana kewenangan pusat dan daerah untuk aspek-aspek yang lebih detail. Sehingga, kalau ada persoalan, bisa lebih jelas dibedakan, mana kewenangan pusat dan mana kewenangan daerah.


Availability
1994352, MUB, bBook ShelfAvailable
2205352, MUB, bTandon/CadanganAvailable
Detail Information
Series Title
-
Call Number
352, MUB, b
Publisher
Jakarta : Yayasan Harkat Bangsa., 2006
Collation
xi, 523p.; 23 cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
979-98221-1-4
Classification
NONE
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
1st ed.
Subject(s)
Local government-Indonesia
Decentralization in government
Autonomy
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility
-
Other version/related

No other version available

File Attachment
No Data
Comments

You must be logged in to post a comment

Kemitraan Library
  • Information
  • Services
  • Librarian
  • Member Area

About Us

Established in 2003, the Library of Kemitraan was originally designed to record and collect all Kemitraan and grantees publications. However, today it broadly develops and serves more sectors to expand the collection to facilitate research activities, particularly since the inception of the Knowledge and Research Management within Kemitraan.

Search

start it by typing one or more keywords for title, author or subject

Keep SLiMS Alive Want to Contribute?

© 2025 — Senayan Developer Community

Powered by SLiMS
Select the topic you are interested in
  • Computer Science, Information & General Works
  • Philosophy & Psychology
  • Religion
  • Social Sciences
  • Language
  • Pure Science
  • Applied Sciences
  • Art & Recreation
  • Literature
  • History & Geography
Icons made by Freepik from www.flaticon.com
Advanced Search